Sunday, December 3, 2023
HomeSejarahNasionalTahukah Kamu? Siasat Sultan HB IX Menyelamatkan Rakyat Jogja dari Romusha.

Tahukah Kamu? Siasat Sultan HB IX Menyelamatkan Rakyat Jogja dari Romusha.

Kondisi Tahta Kraton Yogyakarta di Tengah Kecamuk Perang Dunia II

Siapa tidak kenal kota Jogja? Kota yang memiliki banyak peninggalan budaya juga sejarah. Kota yang menjadi tujuan wisata, dari berbagai penjuru. Juga kota yang menjadi tujuan belajar pemuda-pemudi dari seluruh pelosok. Kota Jogja dikenal dengan Malioboro, Parangtritis, keseniannya, adat budayanya, juga Kratonnya.

Ngomongin soal Kratonnya, Kraton Jogja bisa dikatakan satu-satunya Kraton yang masih “eksis” dengan status keistimewaannya. Status ini disandang dengan adanya Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah DIY, secara sejarah, bentuk dan kepala daerah, memiliki keistimewaan dan kekhasan sendiri. Untuk memahami konteks keistimewaan, kita mesti mundur ke tahun 1946.

Jika ditarik garis waktu ke belakang, kita kembali ke akhir dekate 1930an. Di masa ini dunia sedang mengalami ketegangan ketika Hitler, tahun 1939 menginvasi Polandia. Tindakan invasi Jerman kemudian direspon Inggris dan Prancis dengan pernyataan perang melawan Nazi Jerman. Pecahlah perang dunia II, Jerman mulai bergerak meguasai Perancis, Belgia, Belanda tahun 1940.

Jatuhnya Belanda ke tangan Jerman memberi pengaruh besar kepada daerah koloni, terutama Indonesia. Pengaruh ini juga dialami oleh Yogyakarta. Kraton Yogyakarta saat itu, sedang mengalami suksesi setelah wafatnya Sultan Hamengkubuwono VIII tahun 1939. Setelah mengalami perundingan alot dengan Belanda, Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta tahun 1940.

Penobatan Sultan Hamengkubuwono IX tahun 1940

Sebelum naik tahta, RM Dorodjatun (yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono IX) harus menandatangani kesepakatan yang intinya tunduk kepada pemerintah kolonial Belanda. Keputusan sulit diambil dengan menyetujui syarat tersebut. Tetapi keputusan ini nyatanya tepat untuk diambil. Dua tahun sesudah maik tahta, terjadi pergantian kekuasaan ketika Belanda dikalahkan Jepang.

Kedatangan Jepang di Indonesia

Tahun 1942 peta perang dunia semakin sengit ketika Jepang turut serta dalam perang di front Pasifik. Setelah menyerang pangkalan Pearl Harbour di Hawai, Amerika Serikat, Jepang mulai bergerak menguasai wilayah Asia, termasuk Asia Tenggara. Serangan Jepang ini lantas memicu perang yang lebih besar dengan deklarasi perang dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Australia dan negara Allied Force lain melawan Jepang.

Lihat Juga :  Perkembangan Kekhalifahan Dinasti Umayah

Pemerintah kolonial Belanda mengalami kondisi yang cukup rumit, karena negeri Belanda di Eropa saat itu sudah dikuasai oleh Jerman. Hal ini mengakibatkan Belanda tidak bisa mengirim pasukan untuk mengamankan wilayah Indonesia dari serbuan Jepang. Pemerintah kolonial Belanda kemudian memanggil beberapa perwakilan dari kerajaan, termasuk Kerajaan Yogyakarta dan menjelaskan bahwa jika Jepang berhasil menguasai Jawa, maka, mereka harus ikut mengungsi ke Australia.

Perundingan Kalijati, menandai menyerahnya Belanda kepada Jepang tahun 1942

Hal ini tentu ditolak oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Menurut Sri Sultan sebagai raja, Ia harus selalu bersama rakyatnya dalam keadaan apapun. Maka ketika Jepang menyerang Indonesia tahun 1942, dan berhasil menguasai wilayah Indonesia secara keseluruhan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX tetap bersama rakyat. Salah satu hal yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah melakukan perundingan dengan Jepang.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersikeras bahwa Ia harus dilibatkan di dalam berjalannya pemerintahan Jepang, khususnya di Yogyakarta. Hal ini ditempuh selain untuk mempertahankan tahta Kraton Jogja, juga untuk mengupayakan keselamatan rakyat Jogja.

Kekejaman Jepang di Indonesia

Penjajahan Jepang yang dimulai tahun 1942 merupakan periode terburuk dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Hal ini karena Jepang mengambil berbagai kebijakan yang sangat kejam. Beberapa kebijakan seperti Romusha atau kerja paksa, dilakukan Jepang dengan memaksa rakyat Indonesia untuk membangun berbagai sarana prasarana untuk kepentingan perang. Rakyat dipaksa membangun benteng pertahanan, jalan arteri, pelabuhan, bandara dan berbagai infrastruktur untuk mendukung perang.

Romusha/Kerja paksa era Jepang di mana rakyat dipaksa membangun berbagai sarana prasarana untuk kepentingan perang Jepang

Rakyat Indonesia juga harus menyerahkan hasil pertanian, ternak, bahkan harta benda untuk kepentingan perang. Selain Romusha banyak juga tindakan-tindakan Jepang yang sangat kejam Seperti contohnya adalah memaksa banyak perempuan Indonesia menjadi Jugun Ianfu.

Akibat kebijakan ini banyak rakyat Indonesia yang mengalami penderitaan. Di berbagai daerah banyak jatuh korban akibat kerja paksa Romusha. Banyak rakyat yang diangkut dari daerahnya untuk dijadikan pekerja paksa di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kesemuanya untuk kepentingan perang Jepang.

Menghadapi hal ini Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan berbagai tindakan. Salah satunya adalah tidak melaporkan secara akurat, hasil pertanian dan ternak dari rakyat Yogyakarta. Hal ini bertujuan agar hasil pertanian dan ternak yang dirampas dari rakyat Yogyakarta tidak diambil terlalu banyak. Sehingga rakyat Jogjakarta tetap bisa menyimpan hasil pertanian dan ternak untuk bertahan hidup.

Lihat Juga :  Pemikiran Soumokil tentang Pembentukan RIS

Hal ini penting dilakukan karena pada masa penjajahan Jepang rakyat mengalami kelaparan karena semua hasil pertanian dan ternak diambil oleh Jepang. Hasil pertanian dan ternak digunakan untuk keperluan perang, yaitu, untuk memberi makan tentara Jepang yang berperang.

Pembangunan Selokan Mataram Selamatkan Rakyat Jogja dari Romusha

Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga menginisiasi pembangunan Selokan Mataram. Selokan Mataram adalah terusan atau sungai buatan yang menggabungkan dua aliran sungai besar, yaitu, sungai Progo dan Sungai Opak. Usulan ini diterima oleh Jepang karena Sultan Hamengkubuwono menjanjikan bahwa dengan adanya pembangunan Selokan Mataram ini, maka wilayah Jogja akan mendapatkan hasil pertanian dan ternak yang lebih banyak. Hal ini tentu akan membuat logistik perang jepang akan meningkat.

Hal yang tidak diketahui Jepang adalah, Sri Sultan Hamengkubuwono IX sengaja menginisiasi pembangunan Selokan Mataram ini, untuk menyelamatkan rakyat Jogja dari kebijakan Romusha. Kebijakan romusha Jepang, di beberapa kesempatan selalu mengambil rakyat di suatu daerah untuk melakukan pembangunan di daerah lain. Hal ini berakhir dengan kematian bagi rakyat, atau, rakyat tidak pernah kembali ke daerah asalnya.

Selokan Mataram pada awal dibangun

Adanya pembangunan Selokan Mataram ini, Sultan Hamengkubuwono IX berupaya untuk mencegah agar rakyat Jogja tidak di tempatkan sebagai romusha di luar daerah. Pembangunan Selokan Mataram ini juga membuat Sultan bisa mengawasi nasib rakyat Jogja yang melakukan pembangunan. Jangan sampai jatuh banyak korban akibat pelaksanaan romusha yang tidak manusiawi.

Pembangunan silakan Mataram sebenarnya juga bermanfaat bagi rakyat Jogja. Karena dengan adanya pembangunan ini maka saluran irigasi bisa mengairi sawah-sawah di wilayah Jogja. Secara tidak langsung Sultan Hamengkubuwono IX berhasil menyelamatkan rakyat Jogja dari jatuhnya korban yang terlalu banyak akibat Romusha. Sultan Hamengkubuwono IX juga mampu meningkatkan taraf hidup rakyat Yogyakarta dengan adanya pembangunan telepon Mataram.

Selokan Mataram Kini

Selokan Mataram selesai dibangun tahun 1944. Kecerdikan Sultan Hamengkubuwono 9 dalam menghadapi penjajahan Jepang di Yogyakarta menjadi bukti kecakapannya sebagai seorang raja. 4 tahun sesudah penobatannya sebagai raja Jogja Sri Sultan Hamengkubuwono IX mampu membuktikan bahwa dia adalah seorang pemimpin yang bisa membawa rakyat Jogja terhindar dari malapetaka.

Lihat Juga :  Imperialisme VOC di Nusantara menggunakan Hak Oktroi

Pada tahun 1945 Yogyakarta yang saat itu masih berstatus kerajaan mengeluarkan maklumat bahwa wilayah Yogyakarta berdiri di belakang Republik Indonesia. Hal ini merupakan bentuk dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keraton Jogja mengambil Upaya ini sebagai bentuk sikap dalam menghadapi perubahan kekuasaan di Indonesia.

Setelah melalui beberapa perundingan tentang status Yogyakarta akhirnya keluarlah kesepakatan bahwa Yogyakarta merupakan Daerah Istimewa. hal ini berkaitan dengan posisi Yogyakarta yang sebelumnya merupakan kerajaan independen. Keistimewaan di sini adalah kekhasan mengenai sejarah, bentuk wilayah, dan kepala daerah.

Sebagai sebuah wilayah, Jogja memiliki keistimewaan dalam hal sejarah, di mana Yogyakarta selalu berjuang bersama Republik Indonesia. Dalam hal bentuk wilayah, Jogja memiliki dua wilayah, yaitu, wilayah yang dikuasai oleh Hamengkubuwono dan wilayah kadipaten yang dikuasai oleh pakualaman. Dalam hal kepala daerah, Yogyakarta memiliki keistimewaan, bahwa kepala daerah yang memimpin Yogyakarta, ditetapkan dipimpin oleh raja Keraton Jogja sebagai gubernur dan Patih pakualaman sebagai wakil gubernur.

Kondisi Selokan Mataram masa kini yang menjadi pusat keramaian di tengah kota

Selokan Mataram sendiri saat ini memiliki peran penting dalam pertanian terutama sebagai saluran irigasi. Selokan Mataram membuat wilayah Yogyakarta menjadi subur dan menghasilkan banyak hasil pertanian dan ternak. Lambat laun hal ini membawa Yogyakarta ke dalam kemakmuran.

Wilayah yang dilalui Selokan Mataram juga berkembang pesat. Di wilayah ini banyak berdiri pusat-pusat perekonomian juga pusat-pusat pendidikan dengan didirikannya beberapa kampus seperti UGM UNY Sanata Dharma Veteran dan berbagai perguruan tinggi lainnya.

Jadi, bagaimana? sudah tahukan strategi Sultan Hamengkubuwono dalam menyelamatkan rakyat Yogyakarta dari kerja paksa romusha Jepang.
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments