Kingdom of Heaven merupakan salah satu film kolosal yang mengambil setting di Jerusalem sekitar tahun 1180 Masehi. Film ini disutradai oleh Ridley Scott, sutradara yang sebelumnya meraih Oscar lewat film Gladiator (2000). Kingdom of Heaven mengambil cerita peperangan antara kerajaan Kristen dan Kerajaan Islam dalam memperebutkan wilayah Jerusalem.
Sinopsis Kingdom of Heaven (2005)
Cerita dimulai di pedalaman Prancis sekitar abad ke-12. Balian (diperankan oleh Orlando Bloom) merupakan seorang pandai besi dan pembuat senjata. Balian kehilangan istrinya yang bunuh diri akibat anak satu-satunya meninggal. Kehilangan ini membuat Balian kehilangan iman dan tujuannya dalam hidup. Terlebih ketika Ia tahu bahwa istrinya dimakamkan dengan cara tidak wajar oleh saudaranya.
Di tengah kondisi ini datanglah Sir Godfrey dari Ibelin (diperankan oleh Liam Neeson), mengaku sebagai ayahnya yang telah lama pergi. Sir Godfrey berupaya membawa Balian ke Yerusalem, tempat ia bertempur dalam perang Salib. Di luar kota Jerusalem, Sir Godfrey memiliki tanah yang diberikan oleh King Baldwin IV yang merupakan penguasa tertinggi Jerusalem. Sir Godfrey bertugas menjaga tanah sekaligus memberi jaminan keamanan kepada pengembara yang menuju Jerusalem.
Setibanya di Yerusalem, Balian memasuki lingkungan dengan intrik politik yang kompleks. Kerajaan Kristen saat itu sedang terlibat pertempuran melawan pasukan Muslim yang dipimpin oleh Salahuddin (diperankan oleh Ghassan Massoud). Ada kalanya kedua pihak melakukan gencatan senjata, tetapi ancaman pertempuran terbuka dintara kedua belah pihak selalu ada.
Selama 100 tahun sebelum peristiwa dalam film ini terjadi, baik umat Kristen maupun Muslim relatif sejahtera dan membiarkan satu sama lain beribadah di kota suci tersebut. Konflik baru muncul ketika para fanatik Kristen memutuskan untuk mengendalikan Tanah Suci dengan lebih ketat. Film ini berlangsung sekitar tahun 1184, di saat kota tersebut diperintah oleh Raja muda Baldwin (Edward Norton), yang menderita penyakit kusta dan menyembunyikan wajahnya yang terluka di balik topeng perak.
Selama perjalanannya, Balian bertemu dengan putri kerajaan Sibylla (diperankan oleh Eva Green), yang berada dalam pernikahan yang tidak bahagia dengan Guy de Lusignan (diperankan oleh Marton Csokas), seorang ksatria yang ambisius. Balian sebenarnya sempat dibujuk Tiberias, panglima kepercayaan King Baldwin IV untuk menikah dengan Sibylla. Tawaran ini ditolak oleh Balian karena Ia menghindari konflik dan intrik politik kerajaan.
Konflik antara Kristen dan Muslim semakin memuncak. Salahuddin, meskipun digambarkan sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, bersiap untuk menyerang Yerusalem. Hal ini diperparah oleh tindakan Guy de Lusignan yang menyerang wilayah yang berada dalam perlindungan Salahudin. Perang terjadi ketika Guy de Lusignan mengerahkan pasukan untuk bertempur melawan pasukan Salahudin.

Balian, yang sebelumnya telah mendapatkan kepercayaan Raja Baldwin, mencoba mencari jalan damai, tetapi ketegangan semakin meningkat. Pasukan Guy de Lusignan berhasil dikalahkan pasukan Salahudin. Perlahan, pasukan Salahudin mulai mendekati wilayah kota Yerusalem. Kota Yerusalem sendiri praktis hanya dijaga sebagian kecil pasukan.
Pertempuran akhir antara pasukan Kristen dan pasukan Salahuddin berlangsung di Yerusalem. Balian dan Salahuddin bertemu untuk berunding, dan akhirnya, Balian setuju untuk menyerahkan Yerusalem kepada Salahuddin dengan syarat keselamatan warga sipil Kristen dijamin. Yerusalem jatuh ke tangan Salahuddin, tetapi Balian kembali ke Prancis
Ridley Scott dan Epik Sejarah yang Memukau
Ridley Scott, sutradara berbakat yang dikenal mahir dalam menggarap film-film epik sejarah, kembali hadir dengan karya terbarunya, “Kingdom of Heaven.” Film ini lebih dalam, lebih berpikir, dan lebih mengangkat motivasi manusia daripada aksi semata, mengalahkan karyanya yang terdahulu, “Gladiator.”
Salah satu daya tarik dari film Kingdom Heaven adalah keberhasilan sutradara menghidupkan suasana dan setting di abad pertengahan. Setting tempat film cukup baik dalam memotret keadaan pada masa itu. Namun, yang patut diapresiasi adalah keberanian Ridley Scott dalam merilis film ini di tengah suasana yang penuh ketegangan terkait perang antara umat Kristen dan Muslim untuk menguasai Yerusalem.
Sepertinya hanya sedikit orang yang mampu melihat “Kingdom of Heaven” secara objektif. Seorang cendekiawan Muslim, Hamid Dabashi, bahkan setelah diminta untuk memberikan konsultasi pada film ini, menulis di majalah Sight & Sound: “Ini bukan pro maupun kontra-Islam, bukan pro maupun kontra-Kristen. Bahkan, sejatinya, film ini bukan tentang ‘Perang Salib’.” Namun, saya menganggap film ini sebagai suatu bentuk kepercayaan yang mendalam. Sebuah tindakan kepercayaan, menurutnya, karena bagi tokoh utamanya, Balian (Orlando Bloom), yang tidak beragama, “Semua afiliasi agama memudar di bawah cahaya pencariannya yang melankolis untuk menemukan tujuan mulia dalam hidupnya.”

Apa yang ingin disampaikan oleh Ridley Scott, adalah bahwa sebagian besar umat Kristen dan Muslim mungkin bisa hidup berdampingan dengan damai jika bukan karena ekstremis di kedua belah pihak. Bagi sebagian besar penonton biasa, akan lebih tertarik pada politik yang masuk akal dalam film ini dan akan terpaku pada unsur-unsur khas dalam film epik sejarah, yaitu pertempuran dan romansa.
Romansa dalam film ini berkisah tentang hubungan antara Balian dan Sibylla (Eva Green), saudari Raja Baldwin. Mungkinbanyak yang bertanya-tanya bagaimana seorang pandai besi bisa mendekati seorang putri, namun ingatlah kata-kata Sir Godfrey, bahwa memang ada peluang bagi seorang pemuda yang ambisius di Yerusalem, terutama setelah ayah yang baru ditemukan membuatnya menjadi seorang ksatria dan Tiberias (Jeremy Irons) mengikut sertakannya sebagai ajudan Raja Baldwin.
Salah satu adegan pertempuran spektakuler melibatkan serangan pasukan Saladin ke Yerusalem yang dikuasai oleh umat Kristen, dan itu adalah salah satu dari adegan besar yang diisi oleh bola api raksasa yang melayang-layang dan hampir mengenai, tetapi tidak terlalu dekat, dengan tokoh-tokoh kunci.
Ada skala tertentu yang tak terhindarkan dalam film semacam ini, dan Ridley Scott melakukannya lebih baik dari siapa pun. Meskipun begitu, saya lebih menikmati dialog dan alur cerita daripada aksi. Saya sudah melihat terlalu banyak kota gurun yang luas. Ribuan kuda yang berlari-lari juga tidak lagi terlihat baru bagi saya, dan pertempuran jarak dekat tampak sama seperti pertempuran jarak dekat lainnya. Godfrey memberikan pelajaran pedang kepada Balian.
Dalam keseluruhan, “Kingdom of Heaven” adalah sebuah karya epik yang mengesankan dari Ridley Scott yang menghadirkan kedalaman cerita dan karakter, sambil membahas konflik agama, politik, dan kode pribadi para pahlawan. Dalam suasana yang sarat konflik di tengah dunia Kristen dan Muslim, film ini memberikan pandangan yang sangat menarik tentang kemungkinan perdamaian dan kerja sama jika bukan karena ekstremis dari kedua belah pihak.