Perjanjian Kalijati 1942 Awal Penguasaan Jepang di Indonesia

perjanjian kalijati
Daftar Isi Artikel

Kondisi Hindia Belanda Tahun 1929-1942

the great depression

Tahun 1929 dunia mengalami kegoncangan ketika terjadi crash di pasar saham Amerika Serikat. Jatuhnya pasar saham mempengaruhi berbagai sektor mulai dari industri, perdagangan, merosotnya daya beli masyarakat, hilangnya aset dan simpanan kekayaan, dan banyak hal lainnya. Kondisi ini menyebabkan The Great Depression, depresi ekonomi besar-besaran yang terjadi hampir satu dekade. Kondisi pada dekade ini sangat sulit karena tidak ada pertumbuhan ekonomi.

The Great Depression yang melanda Amerika Serikat memiliki efek global. Wilayah Eropa seperti Inggris, Perancis Jerman dan berbagai wilayah lain merasakan dampak ganda karena wilayah ini baru saja mencoba pulih dari Perang Dunia I dan wabah flu yang melanda. Wilayah Asia seperti China maupun Jepang juga mengalami efek yang sama. Hal serupa juga terjadi di Hindia Belanda. Seperti halnya wilayah-wilayah di benua lainnya, Hindia Belanda juga merasakan dampak The Great Depression.

Efek The Great Depression di Hindia Belanda sering disebut sebagai Zaman Malaise, atau zaman meleset, oleh Surat Kabar Shinpo. Zaman meleset menandakan zaman yang tidak sesuai dengan prediksi ekonomi, di mana kondisi ekonomi turun drastis, berbanding terbalik dengan optimisme ekonomi yang dirasakan sebelum terjadi Malaise. Kondisi perekonomian melemah ketika harga-harga komoditas pertanian dan perkebunan turun drastis. Turun drastisnya komoditi pertanian dan perkebunan mengakibatkan turunnya ekspor dan pendapatan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

zaman malaise

Sementara itu, kondisi politik di dalam negeri Hindia Belanda masih menghadapi pergerakan nasional, meskipun pada periode ini pergerakan nasional masuk pada periode moderat. Meski begitu, tetap saja Hindia Belanda mengalami kemunduran ekonomi ditandai tutupnya beberapa pabrik gula, tidak berroperasinya perkebunan, turunnya pajak dan lain lain yang membuat posisi Hindia Belanda melemah. Hal ini semakin diperparah dengan adanya Invasi Jerman ke Belanda tahun 1940, yang membuat negeri Belanda berada dalam kekuasaan Nazi Jerman.

Kondisi Jepang Tahun 1929-1942

Jepang mengalami modernisasi di bawah Kaisar Meiji sekitar tahun 1868-1912. Penghapusan sistem feodal dengan kepenguasaan Shogun dan Daimyo, perubahan cara hidup tradisional ke modern, adopsi teknologi barat dan berbagai pembaharuan lainnya membawa Jepang ke arah kemajuan. Tahun 1925, Jepang berada di bawah kepemimpinan Hirohita dengan kondisi perekonomian dan industri yang maju pesat. Tahun 1929 ketika terjadi Great Depression, Jepang juga cukup terpukul dengan pelemahan ekonomi. Kemiskinan di daerah-daerah pertanian meningkat.

Sebagaimana semua bangsa di dunia yang mecoba bangkit dari keterpurukan ekonomi, Jepang juga mengupayakan hal ini. Upaya Jepang diantaranya lewat industrialisasi yang semakin kuat. Jepang juga memperkuat kekuatan militernya, hal ini ditopang dengan industri militernya yang semakin berkembang. Tahun 1931 Jepang menyerang Manchuria, wilayah di ujung timur benua Asia di bawah penguasaan China dan perbatasan Rusia. Penyerangan dan kemenangan Jepang atas Manchuria meningkatkan kepercayaan diri Jepang. Untuk terus menambah kekuatan, Jepang terus meningkatkan industri militernya.

36fd92b0 3038 4b29 b069 bb7d7cab13ac

Untuk mendukung kemajuan industri yang dimiliki Jepang, dibutuhkan bahan mentah industri dan minyak mentah. Bahan mentah dan minyak ini banyak ditemui di wilayah Asia Pasifik, khususnya wilayah Asia Tenggara. Hal inilah yang menarik Jepang untuk melakukan aneksasi ke wialayah-wilayah yang dikuasai kolonial Eropa. Selain faktor tersebut, Jepang juga mengembangkan semangat Hakko Ichiu yang berarti delapan penjuru dunia berada di satu atap. Semangat Jepang untuk menyatukan wilayah Asia Timur Raya ke dalam wilayah Jepang, mendorong Jepang melakukan agresi ke wilayah China, Korea, Indochina hingga Asia Tenggara. Tahun 1937 Jepang menyerang China, serangan ini menjadi awal peperangan yang nantinya berlanjut menjadi Perang Dunia II.

Untuk menguasai wilayah Asia Timur Raya, Jepang harus menghadapi negara-negara kolonial seperti Inggris Belanda dan Perancis yang menguasai wilayah-wilayah di Asia Tenggara. Upaya ini perlu didukung perencanaan yang matang, termasuk dengan mengisolir wilayah Asia Timur dari pengaruh Amerika Serikat. Amerika Serikat sebagai kekuatan militer terbesar dunia saat itu, memiliki hubungan strategis dengan negara-negara Eropa Barat seperti Perancis, Inggris juga Belanda. Tahun 1941 Jepang menyerang Pearl Harbour dengan tujuan melumpuhkan armada barat Amerika Serikat, sehingga Jepang leluasa bergerak melakukan agresi ke wilayah Asia Tenggara.

Kedatangan Jepang ke Indonesia

Serangan Jepang ke Pearl Harbour Amerika Serikat berhasil melumpuhkan armada tempur wilayah barat Amerika Serikat. Armada tempur ini sebelumnya menjadi penghalang Jepang yang ingin melakukan agresi ke Asia Tenggara. Sebelum meluncurkan serangan ke Pearl Harbour, Jepang telah lebih dulu melancarkan serangan ke beberapa wilayah Indochina yang saat itu dikuasai Perancis. Serangan dibangun lewat jalur darat, dari daratan China. Setelah berhasil memukul kekuatan armada laut Amerika Serikat, armada laut Jepang mulai menyasar wilayah Malaya, Filipina hingga Hindia Belanda.

screenshot 2024 07 04 212343

Serangan Jepang ke Hindia Belanda secara umum mengambil tiga jalur. Jalur pertama adalah jalur darat dengan mennyerang wilayah Indochina merangsak hingga menguasai wilayah Semenanjung Malaya. Jalur kedua melalui laut dengam menyerang Filipina kemudian menuju wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Jalur ketiga adalah melalui Samudera Pasifik hingga ke Kepulauan Pasifik dan berakhir di Papua Nugini. Ketiga jalur serangan ini mengepung wilayah Hindia Belanda dari tiga arah sekaligus.

Serangan darat Jepang yang mampu menguasai semenanjung Malaya, kemudian menargetkan wilayah Palembang. Wilayah Palembang merupakan wilayah yang kaya akan minyak. Pasukan Jepang juga bergerak ke arah pantai timur Sumatera kemudian menguasai Bukittinggi. Bukittinggi merupakan salah satu basis kekuatan terbesar Kolonial Belanda di Sumatera bagian Timur.

Serangan angkatan laut Jepang melalui Filipina menargetkan wilayah Kalimantan dan Sulawesi yang kaya akan minyak. Pasukan Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Utara kemudian bergerak ke Balikpapan. Dari Balikpapan, pasukan Jepang bergerak ke selatan hingga ke Banjarmasin. Dari arah Barat, Jepang mendarat di Kuching, kemudian bergerak ke Kalimantan Barat. Jepang berhasil mengalahkan pasukan Hindia Belanda nyaris tanpa perlawanan berarti.

Serangan Jepang dari Filipina juga bergerak ke wilayah Timur Hindia Belanda, yakni ke wilayah Manado dan terus bergerak ke selatan hingga menguasai Kendari. Wilayah kepulauan Maluku dan Papua Barat juga berhasil dikuasai. Jepang berhasil menguasai Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan kepulauan Maluku, selangkah lagi untuk bergerak menuju Jawa. Pasukan Hindia Belanda sendiri memusatkan pasukan dan kekuatan militer di Jawa.

desain tanpa judul

Jepang mendarat di Pulau Jawa melalui tiga pintu. Pertama melalui wilayah Anyer Serang Banten, kemudian bergerak menuju Jakarta dan Bogor. Kedua, Jepang mendarat di daerah Eretan Indramayu kemudian bergerak ke wilayah Kalijati hingga ke Bandung. Pendaratan ketiga berpusat wi wilayah Pantura Jawa Tengah, mulai dari Semarang hingga ke Rembang. Dari wilayah pantai utara Jawa Tengah, Jepang bergerak ke arah Cepu, daerah penghasil minyak, hingga terus ke Gresik dan Surabaya. Sementara wilayah Timur pulau Jawa berhasil dikuasai pasukan yang datang dari Pulau Bali.

Menghadapi serangan Jepang ini pasukan Hindia Belanda tidak berdaya. Kekuatan pasukan Jepang yang lebih besar dengan persenjataan yang lebih lengkap membuat pasukan Hindia Belanda tak berkutik. Terlebih, pasukan Hindia Belanda tidak mendapat dukungan masyarakat Indonesia yang memang menginginkan Belanda pergi. Belanda akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Pasukan Hindia Belanda, serta beberapa pegawai dan orang Belanda ditangkap sebagai tawanan Perang. Beberapa orang Belanda yang sempat pergi mengungsi ke wilayah Australia dan mendirikan NICA (Netherland Indische Civil Administration).

Perjanjian Kalijati Penyerahan Kekuasaan Belanda ke Jepang

Pasukan Jepang berhasil mengalahkan pasukan Hindia Belanda di hampir semua wilayah. Salah satu benteng terakhir Hindia Belanda di wilayah Bandung masih bertahan meskipun kondisi sudah sangat lemah. Wilayah Subang, Purwakarta juga telah dikuasai. Hal ini membawa Hindia Belanda terpojok oleh situasi tidak menguntungkan. Gencatan senjata kemudian dilakukan dilanjutkan pertemuan di Kalijati. Jendral Imamura sebagai komandan tertinggi pasukan Jepang di Hindia Belanda bertemu dengan Ter Poorten.

Pertemuan pertama belum menghasilkan kata sepakat karena Jendral Ter Poorten dan bebrapa komandan pasukan Hindia Belanda belum bisa menyerahkan kekuasaan kepada Jepang. Hal ini karena wewenang untuk menyerahkan kekuasaan berada di tangan Ratu Belanda. Jendral Ter Poorten dan komandan pasukan lain tidak memiliki wewebnang untuk menyerahkan kekuasaan. Menghadapi hal ini, Jendral Imamura secara tegas mengatakan bahwa apabila Hindia Belanda tidak menyerah, maka pertempuran akan dilanjutkan hingga semua kekuatan Hindia Belanda berhasil dilumpukan secara keseluruhan.

3f93a493 3054 4629 95c0 088a2661cf5d

Imamura memberikan ultimatum kepada Ter Poorten untuk segera mengumumkan penyerahan kekuasaan tentara Hindia Belanda, terutama di wilayah Bandung, lewat siaran Radio. Apabila tuntutan ini tidak dilakukan maka pertempuran akan terus dilanjutkan. Beberapa tuntutan dari Jendral Imamura kepada pasukan Hindia Belanda adalah sebagai berikut:

  1. Penyerahan Secara Keseluruhan:
    • Semua tindakan perlawanan pasukan Hindia Belanda di seluruh wilayah harus dihentikan segera.
    • Bendera putih harus dinaikkan sebagai bukti penyerahan secara keseluruhan.
  2. Penghentian Senjata dan Penyerahan:
    • Semua pasukan harus menyerahkan senjata dan amunisi mereka. Setelah penyerahan senjata, unit yang berada di posisi harus berkumpul di tempat yang jelas terlihat, sementara unit lain berkumpul di barak.
    • Senjata dan amunisi yang terkumpul harus ditempatkan di bawah pengawasan.
  3. Waktu Penyelesaian Tuntutan:
    • Tuntutan yang disebutkan dalam Poin 1 hingga 4 harus diselesaikan pada pukul 12.00 tanggal 9 Maret.
  4. Penyerahan Jenazah dan Barang:
    • Jenazah yang diidentifikasi sebagai militer Jepang, barang milik tahanan perang Jepang, dan penduduk Jepang yang meninggal dan yang masih hidup harus segera diserahkan.
  5. Larangan Penghancuran:
    • Segala bentuk penghancuran dilarang. Misalnya, penghancuran bahan perang, senjata, amunisi, jalan, atau struktur lalu lintas dilarang.
  6. Larangan Komunikasi dengan Negara Asing:
    • Komunikasi dengan negara asing dilarang.
  7. Operasi Tentara Jepang Tetap Berlanjut:
    • Operasi Tentara Jepang akan tetap berlangsung.
  8. Ancaman Penghentian Gencatan Senjata:
    • Jika tuntutan di atas tidak dipenuhi, serangan akan segera dilanjutkan. Untuk memastikan kepatuhan terhadap tuntutan, unit patroli bersenjata yang diperlukan untuk menjaga ketertiban umum akan dibentuk dan diberikan sejumlah senjata dan amunisi. Unit patroli ini harus diawasi oleh perwira sebanyak mungkin. Unit patroli akan dikenali dengan lencana lengan putih dan bendera putih.

Pasukan Belanda akhirnya menyetujui semua syarat yang diajukan Pasukan Jepang. Lewat pengumuman Radio mereka memerintahkan seluruh pasukannya untuk mematuhi kesepakatan yang telah dicapai. Dengan demikian kekuasaan Hindia Belanda beralih ke tangan Jepang. Jepang kemudian bergerak cepat memperkuat pengaruhnya di seluruh wilayah Indonesia dengan membentuk pemerintahan militer yang membawahi seluruh wilayah Hindia Belanda.

Registrasi dan Login

Untuk mengakses kursus secara penuh, registrasikan dirimu di sini!

Mulai Belajar di Tamansiswa.id